Wednesday, April 5, 2017

First Family Hiking at Cheddar Gorge, Somerset (Part 1)

Rasanya baru kemarin saya bermimpi bergandengan tangan dengan orang yang saya sayangi, sambil menyusuri jalan menanjak di antara hutan dan melepas pandangan jauh, di atas bukit, ke hamparan pemandangan alam dan perkotaan yang terlihat begitu kecil, namun mengagumkan. Mimpi sederhana seorang gadis rumahan yang ingin diajak berpetualang dengan pasangannya kelak.  

*
Perjalanan menuju Cheddar. Iya, ibu pura-pura tidur...
Minggu lalu, suami saya mengajak saya pergi ke Cheddar Gorge. Sebuah tempat yang pertama kali kami dengar dari Mbak Rosi, saat para mahasiswa Indonesia di Bristol sedang berkumpul di College Green untuk memperingati hari sumpah pemuda. Tempatnya indah, ada gua, dan tebing-tebing, katanya. Yang paling menarik di telinga saya, sebagai seorang pecinta keju, adalah di sana ternyata tempat asal mulanya Keju Cheddar, sesuai dengan nama tempatnya ya. Tentu saja, saya langsung semangat menerima ajakan suami saya. Walaupun jujur saja, saya belum benar-benar terbayang seperti apa sih Cheddar Gorge itu, meskipun sudah pernah sekali browsing tentangnya. Pokoknya mah diajak jalan-jalan ke tempat baru sama suami, bayangannya pasti seru!

Tidak ada persiapan khusus. Seperti biasa, kalau suami saya mengajak jalan-jalan, urusan cari-cari tahu lebih detilnya baru akan dilaksanakan H-1. Lagipula, kami bukannya pergi ke tempat yang jauh--walau kenyataanya akan terasa jaaaauuuuh sekali. Akhirnya, suami saya pun bertanya pada seorang temannya yang pernah ke Cheddar Gorge sebelumnya. "Besok pakai sepatunya jangan yang licin, soalnya jalannya menanjak" begitu pesan pak suami. "Jadi, kita beneran nggak bisa bawa stroller?" Tanya saya polos--oh, semenjak tinggal di Bristol, stroller sudah seperti rumah keduanya Ken. "Nggak kayaknya, nanti Ken aku gendong aja." Saya melongo seraya bertanya, "sanggup?" Jawabannya nggak usah saya ceritain ya. Soalnya kalo dia jawab "nggak" ya sudah, bubar rencana kita ðŸ˜‚.

Paginya di hari keberangkatan, Selasa (4 April 2017) itu, saya bangun kesiangan. Semenjak masuk spring, Ken tidur hampir jam 11 malam, rupanya tubuhnya menyesuaikan dengan kapan  waktu menjadi gelap. Saat itu, jam 7:30 malam saja belum maghrib. Jadi, ya sudah bangunnya pun jadi siang, saya juga ikutan karena waktu istirahatnya Ken sama dengan waktu istirahat saya, harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya ðŸ˜›. Alhasil, kami pun baru berangkat sekitar pukul 11 pagi. Perbekalan kami simple aja (karena nggak sempat masak) hanyalah sandwich foot-long subway dua buah, air satu botol, dan snack (veggies straw-snack, biscuits, dan Ella's Kitchen's smoothies) untuk Ken. Tidak lupa, sebelumnya suami saya membeli pulsa telepon untuk kebutuhan gps, daripada kesasar. Ya, semenjak tinggal di sini, kami hampir tidak pernah isi pulsa hp karena wifi sudah dimana-mana, jadi kalau tidak karena butuh sekali ya biar saja mas operator bilang "zero..zero.." terus. Full charged power bank  dan kabel-kabelan pun tidak ketinggalan. Semuanya tersimpan rapi di dalam carrier hijau neon milik ayah, yang hari itu saya bawa. Sementara ayah bawa gembolan ergobaby yang beratnya 2-3x dari carrier yang saya bawa, yaitu Ken. 

"Perjalanannya kurang lebih 2 jam," begitu kata ayah. Duh mak... Saya tadinya sudah menyiapkan V-Fresh sebelum berangkat, tapi karena Ken merengek bilang "Ken mau pegang..., Ken mau pegang..." jadinya ketinggalan deh. Belajar dari perjalanan panjang ke Bath dengan bus tempo hari, perut saya ini suka agak norak kalau naik bus lama-lama, alias mabok darat. Tapi, yasudah lah, karena amunisinya terlanjur ketinggalan, rintangan berat pun harus dihadapi *nangis di pojokan ðŸ˜¥.

Perjalanan menuju Cheddar Gorge
Sebelum sampai ke Cheddar, kami harus menaiki bus dulu sekitar satu jam lebih menuju Wells. Kami memutuskan untuk naik bus dari Coach Station. Alasannya sih supaya lebih hemat karena lihat di website first bus, naik bus ke Wells bisa dapat potongan harga sekian persen. Tapi, ternyata itu hanya khayalan belaka ðŸ˜…. Akhirnya kami memanfaatkan diskon student-nya ayah saja deh. Harga tiket bus return dari Bristol - Wells adalah £6,5 (adult) dan £5,5 (student), kalau di bawah 5 tahun masih gratis. Sampai di Wells Bus Station, naik lagi bus dari Wells - Cheddar £7 (one-way) sudah berdua, sekitar 30 menit kalau tidak salah.


Saya mau cerita hal mengenaskan sekaligus mengharukan, tapi juga ada menjijikannya, sekaligus membahagiakan (terutama buat saya). Ya, ini tentang mabok darat yang udah saya singgung-singgung tadi. Jadi, kami memilih duduk di lantai atas bus, di kursi paling belakang. Alasannya supaya lebih leluasa aja. Tahu kan gimana mobile-nya balita umur 19 bulan. Daripada mengganggu penumpang lain kan. Tapi, keputusan itu salah besar buat saya yang suka mabok darat ini. di 3/4 perjalanan, saya udah benar-benar nggak tahan, saya pun sibuk mencari plastik, di dalam tas, yang saya gunakan untuk membungkus sepatu Ken. Bayangin, sambil nahan cairan hangat membludak dari dalam mulut saya. Dan, yes! saya berhasil muntah di plastik. Lega deh, beneran lega sekaligus nggak mengotori bus. Ternyata kelegaan tadi hanyalah semu, nggak lama kemudian, saya muntah lagi. Terdengar ayah bilang ke Ken, "Ken, tuh lihat ibu kasihan pusing, lagi muntah Ken." Anak ini sudah tahu yang namanya mengasihani, seringkali dia menunjukkan perasaan iba. Dia pun memaksa mendekati saya sambil menyebut, "ibu...ibu... mau pewuk ibu..." dengan nada cemas. Terharu sekali saya dibuatnya, tapi sekaligus ingin bilang, "makasih, Ken.. Tapi, jangan sekarang, ibu lagi maboook..." Saya yang belum tuntas dengan urusan permuntahan dan masih memegang plastik berisi cairan hangat itu, mesti meladeni Ken yang kekeuh mau memeluk ibunya. Hingga mimpi buruk pun terjadi...., muntahannya tumpah dari plastik ke lantai bus ðŸ˜‘. Hening sesaat. Saya langsung mengajak Ken pindah kursi dan bilang ke ayah sambil lemas, "Yah, muntahnya tumpah. Plastiknya bolong." Dari wajahnya, saya bisa lihat kalau ia tahu saya sedang minta tolong. Saat itu lah derajat ketampanannya meningkat sekian derajat dalam sekejap. 

Dia bisa saja mengajak saya pindah kursi, meninggalkan bukti kejahatan saya menggenang di lantai bus, di antara sela-sela kursi. Tapi saya tahu, suami saya bukan orang yang seperti itu, makanya saya meminta tolong. Bisa tebak apa yang dilakukannya? Kami hanya tinggal punya beberapa lembar tissue basah di tas, satu sudah saya pakai untuk bebersih, sisanya habis saat itu juga, ia gunakan untuk membersihkan lantai bus yang terkena genangan asam lambung saya ðŸ˜°. Saya nggak henti bilang "sorry" saat dia bekerja keras membersihkannya seorang diri, sampai bersih, tanpa mengeluh sedikitpun. Entahlah tangannya berbau seperti apa setelah itu. Alhamdulillaah, nggak lama kami sampai di Wells. Bus ke Cheddar datang sekitar setengah jam lagi. Saya menunggu di dalam ruang tunggu dan dia mengajak Ken ke Tesco untuk cari minuman dan tissue basah. Pengertian sekali ❤.
Istirahat sejenak di dalam ruang tunggu Bus Station Wells

Dari Wells ke Cheddar... masih jauh ternyata

Ayah dan Ken datang bawa tissue basah dari Tesco di seberang jalan
Kejadian tadi mengingatkan saya saat masa melahirkan dulu. Saat saya kesulitan bangun dan pispot harus dicabut. Dia yang membantu saya tertatih pergi ke toilet, menolong pelan-pelan, membersihkan dan membasuh saya sampai bersih. Duh, jadi terharu... Di sini lah saya semakin yakin kualitas seperti apa yang ada dalam diri suami saya dan saya sangat bersyukur akan hal itu. Ah, belum apa-apa perjalanan ini sudah memberi pelajaran berharga ðŸ˜Š.

Saat sampai di Cheddar saya kembali berterima kasih kepadanya. "You probably have done the most disgusting job in this world, yah.. Thank you yaa.." Kata saya sambil terengah-engah menaiki tangga Jacobs & Ladder Tower. Dia hanya menjawab, "Itu nggak seberapa dibandingin perjuangan kamu melahirkan."

Terminal Bus Wells siang itu...

Bersambung ke postingan selanjutnya ya...

Have a good day!

Sawitri Wening

9 comments:

  1. Aiih, bacanya ikutan terharu :).. Itu baru suami yg bisa diandalkan ya mba :). Seru cerita perjalanan kalian.. Ditunggu sambungannya looh :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bikin deg deg serr lagi mbak.. heheh.. makasih sudah mampir :)

      Delete
  2. Alhamdulilah, mba beruntung memiliki suami yg penuh pengertian begitu.
    Semoga laim kali lburannya lbh menyenangkan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillaah, Mba Ety.. terima kasih sudah berkunjung. Semoga harinya menyenangkan! 😊

      Delete
  3. Aduh si gatengnya Makwo kenapa tuh idung nya. Enak ya wening disana banyak tempat begini buat dijelajahi. Berasa liat ijo ijo tuh wow banget untuk ukuran orang yang lama tinggal di Jakarta dan sekitar hehe.

    ReplyDelete
  4. Iya menyenangkan bgt ada tempat kayak gini. Itu Si Ken jatuh pas main di taman beberapa hari yg lalu, tp gak apa.

    ReplyDelete
  5. Bacanya sampai meleleh, Mbak.
    Ternyata anak kita hampir seumuran ya, Mbak. Salam buat Kak Ken.

    ReplyDelete